Senin, 11 Maret 2013

TBC Mikobakterium tuberkulosa


Merupakan bakteri penyebab penyakit TBC yang  berasal dari genus mycobacterium. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies lain. Selain Mycobacterium tuberculosis, yang terkenal adalahMycobacterium leprae. Bakteri penyebab tbc pertama kali dituliskan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882. Atas penemuannya, ia dihadiahi Nobel Kedokteran pada tahun 1905
Untuk hidup,  Mycobacterium tuberculosis membutuhkan oksigen. Dinding Mycobacterium tuberculosis kaya akan lipid, sehingga sukar diwarnai dan dianggap tidak termasuk kelompok bakteri gram positif maupun negatif. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan tahan tahan asam atau Ziehl-Neelsen. Mycobacterium tuberculosis membelah diri setiap 15 sampai 20 jam, berbeda dengan bakteri lain yang membelah dalam hitungan menit. Escherichia coli misalnya, membelah setiap 20 menit.Mycobacterium tuberculosis paling sering menyerang paru-paru, walaupun dapat juga mengenai tulang, otak, kulit, usus dan organ-organ lain. Dinding sel yang memiliki permeabilitas yang sangat rendah, sehingga tidak mudah ditembus loeh antibiotik. selain itu dinding sel mikrobakterium ini memiliki zat lipoarabinomannan yang merupakan protein yang menyebabkan tidak efektifnya sistemn pertahanan tubuh kita dalam menghancurkan mikrobakterium ini. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag. Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Bakteri TBC merupakan bakteri yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.




Penyakit TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberklosa,. Dan biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Tuberkulosa dapat menyerang seluruh tubuh, sehingga gambaran pada masing-masing organ berbeda : 
a.              Paru-paru 
Pertumbuhan bakteri terjadi di dalam paru-paru, pada anak kecil biasanya berkembang di lobus median dan bawah, disertai pembesaran kelenjar di hilus paru, yang semua ini tampak dari pemeriksaan x-ray dada.
Perjalanan penyakit diawali dengan adanya batuk hilang timbul yang lebih dari 1 bulan, berat badan semakin berkurang cukup pesat, keringat malam, batuk berdahak, batuk berdarah, pembesaran kelenjar, lemah badan, dan nafsu makan berkurang. 
Pada anak kecil dan orang dewasa yang mengidap HIV, perjalanan penyakit dapat semakin berat. Kerusakan pada paru akan bertambah luas dan dapat menimbulkan kelainan lain seperti efusi pleura (paru-paru basah, terkumpulnya cairan dalam jumlah lebih dari normalh di rongga antara paru dan rongga dada), kebocoran paru, fibrosis paru, dan abses paru (infeksi TB di perberat dengan infeksi bakteri lain dari udara dan membentuk cairan nanah dalam jumlah besar). 
Infeksi sekunder lebih sering terjadi pada dewasa, dari gambaran x-ray dada akan didapatkan gambaran infeksi terutama di daerah apex paru dan segmen posterior karena pada daerah tersebut terdapat kadar oksigen yang tinggi. Kelainan paru dapat berupa bercak hingga terbentuknya rongga akibat hancurnya sebagian paru. 
b.             Kelenjar Getah Bening 
Bentukan TB ekstrapulmonal yang paling seringa adalah pembesaran dari kelenjar getah bening. Jenis kelainan ini paling sering terjadi pada penderita HIV. Benjolan paling sering terdapat di leher, diatas tulang belikat, solid dan tidak nyeri. Pada perjalanan selanjutnya apabila benjolan mengalami infeksi akan terbentuk bisul dan menyebabkan adanya luka yang tidak sembuh. Pemeriksaan pasti dengan mengambil sebagian contoh dari jaringan yang mengalami pembesaran baik secara biopsi terubuka atau dengan biopsi jarum. 
c.              Pleural
Penyebaran kuman TB ke jaringan pleura dapat terjadi secara langsung dari infeksi paru. Infeksi yang terjadi akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi dari cairan pleura sehingga menyebabkan berkumpulnya berlebihan cairan pleura dan menyebabkan efusi pleura. Penalataksaan efusi pleura bergantung dari jumlah dari cairan dan terganggunya sistem pernafasan. Cairan berwarnan kekuningan dan terkadang disertai warna kemerahan.
Pyothorak merupakan salah satu efek samping yang paling berat, kondisi ini disebabkan oleh pecahnya salahsatu bleb yang disertai masuknya bakteri dari luar dan menyebabkan infeksi. Diperlukan drainase yang adekuat disertai pemberian antibiotik, pada akhirnya akibat adanya nanah di rongga dada akan menyebabkan penebalan dari selaput pleura yang akan mengganggu kerja dari sistem pernafasan. 
d.             Genitourinaria 
Angka kejadian kurang dari 15%, penyebarannya dari paru-paru melalui darah dan berada di sistem urinaria. Keluhan yang timbul dapat berupa nyeri, sering bak, bak berdarah, dan nyeri peinggang, tetapi dapat juga tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum. 
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. Angka insidensi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria. Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan kemandulan. 
e.              Tulang
Angka kasus mencapai 10%, terutama pada tulang dan sendi, penyebaran juga sama diakibatkan oleh penyebaran dari paru melalui darah. Tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang penahan beban seperti tulang belakang, panggul, dan lutut). Kerusakan yang terjadi pada tulang belakang menimbulkan kerusakan tulang dan menyebabkan kerusakan dari tulang rawan yang berada diantara tulang belakang. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan bentuk dari tulang belakang menjadi lebih miring atau lebih bungkuk. Hal lain yang dapat terjadi adalah pembentukan dari abses dingin sehingga terlihat tulang belakang seperti memiliki punduk. Kerusakan tulang tidak selalu disertai dengan gangguan persarafan. Kerusakan saraf dapat dari hanya sekedar kebas sampai tidak dapat menggerakkan anggota badan. Diagnosa ditegakkan dengan mengambil sedikit jaringan dari abses dingin dan diperiksakan melalui patologi. 
f.              Selaput otak 
Insidensi infeksi selaput otak hanya 5%. Penyebarannya sama berawal dari paru menyebar melalui darah. Infeksi pada selaput otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, gangguan sensoris dan kekakuan punduk. Berbeda dengan infeksi biasa, infeks yang disebabkan TB akan berlangsung lebih lama. Salah satu efek samping infeksi ini adalah gangguan sistem aliran cairan otak dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam selaput otak.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan selaput otak dan memeriksakan secara mikroskopis. Pemeriksaan lain seperti CT scan dapat memberikan gambaran yang baik letak dan bentuk penyakit. 
g.             Sistempencernaan 
Berbagai teori dikembangkan untuk mencari bagaimana TB dapat masuk ke dalam sistem pencernaan. Didapatkan dua teori yang memungkinkan yaitu : tertelannya dahak yang mengandung TB, dan mengkonsumsi susu sapi yang mengandung Mycobacterium bovis. Usus halus sebelum usus besar merupakan tempat utama infeksi TB pertama kali. Secara klinis akan didapatkan keluhan nyeri, mual, kembung, diare, sumbatan saluran pencernaan, dan teraba benjolan  di perut kanan bawah. Keluhan lain yang sering menyertai adalah demam, keringat malam, dan nafsu makan menurun. 
Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi pecah dan infeksi yang terdapat didalam kelenjar tersebut akan meluas ke rongga abdomen dan penderita akan mengeluh nyeri hebat di seluruh atau sebagian perut.
h.             Lainnya 
TB dapat menyerang ke seluruh organ tubuh. Bentukannya dapat berupa kerusakan dari organ tersebut, atau hanya berupa benjolan berupa abses dingin saja. Tempat lain dapat ke mata, jantung dan lainnya.
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
Pada umumnya penyakit TBC menular melalui udara, dan biasanya bakteri mikobakterium tuberklosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri selalu masuk dan terkumpul dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat apalagi yang mempunyai daya tahan tubuh yang rendah.
Apabila sudah terjadi infeksi maka dengan mudahnya akan menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Terjadinya infeksi TBC dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan biasanya yang paling sering terserang yaitu paru-paru.
Bakteri mikobakterium tuberklosa mempunyai bentuk seperti batang dan bersifat seperti tahan asam sehingga dikenal sebagai BTA (Batang Tahan Asam) yang merupakan faktor utama penyakit TBC. Selain dari bakteri tersebut, faktor yang lain yang menjadi penyebab penyakit TBC adalah lingkungan yang lembab, kurangnya sirkulasi udara, dan kurangnya sinar matahari dalam ruang sangat berperan terjadinya penyebaran bakteri mikobakterium tuberklosa ini. Dengan demikian sangat mudah menyerang orang-orang disekitar dalam kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Gejala umum berupa :


  • Batuk lama lebih dari 3 minggu yang disertai atau tidak dengan dahak, bisa juga disertai dengan batuk berdarah
  • Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul
  •  Mudah mengalami demam yang berlangsung lama dan berulang tanpa sebab yang jelas     
  •  Perasaan lemah dan lesu
  •  Badan sering berkeringat di malam hari
  •  Nafsu makan dan berat badan menurun, bila terjadi pada anak maka terlihat gagal tumbuh serta penambahan berat badan tidak sesuai dengan usia anak
  • Adanya pembesaran kelenjar di leher atau ketiak

Gejala khusus tergantung dari organ tubuh mana yang terkena berupa :



  • Suara mengi dan sesak nafas bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar
  •  Nyeri dada bila ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru)
  •  Infeksi tulang bila mengenai tulang
  • Demam tinggi dan disertai adanya penurunan kesadaran serta kejang-kejang bila mengenai selaput otak
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
·                Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
·                Pemeriksaan fisik.
·                Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
·                Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
·                Rontgen dada (thorax photo).
·                Uji tuberkulin.

Jika diterapi dengan benar TBC praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi, TBC akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus TBC. Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan.
Pengobatan TBC berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti. Selain itu dorongan dari keluarga agar pasien disiplin minum obat sangatlah diperlukan. Pada saat pengobatan sebaiknya pasien mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta mengikuti saran dokter.
Karena pengobatannya cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur. Jika pengobatannya kurang dari 6 bulan atau si penderita menghentikan pengobatan karena merasa sudah sehat walau belum waktu tersebut, maka bakteri TBC tersebut tidak mati dan akan membuat kambuh kembali penyakit TBC serta kebal terhadap obat yang pertama. Keadaan ini disebut MDR (multi drugs resistance) yang memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
·                Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
·                Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
pencegahan penyakit TBC upaya yang bisa dilakukan adalah selalu mengenakan masker pada saat beraktivitas terutama di daerah yang tercemari bahan kimia dan debu, namun usaha lain yang bisa dilakukan antara lain
·                Selalu memperhatikan akan kebutuhan tubuh seperti sinar matahari sebagai sumber energy
·                Banyak mengkonsumsi makanan yang megandung karbohidrat dan protein
·                Tidak meludah sembarangan
·                Tidak membuang sampah sembarangan
·                Hendaknya mengganti mesin yang mencemarkan gas karbondioksida
·                Perawatan yang baik bagi penderita dan hati-hati dalam merawat penderita
·                Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau ditempat sampah.
·                Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit. 
·                Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.
·                Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
·                Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC
·                Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat.
·                Lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC
·                Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila terkena dengan sinar matahari.
·                Jaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur, istirahat cukup dan makan makanan dengan gizi yang baik dan seimbang
·                Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tahan tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stress
·                Lakukan imunisasi BCG ( Bacillus Calmete Guerin) pada bayi, diberikan pada usai 2 bulan
·                Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC





.

Rabu, 30 Januari 2013

Sistem Saraf


BAB II
PEMBAHASAN
1.     
1.1.  SISTEM SARAF
Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormone, berfungsi untuk memelihara fungsi tubuh. Pada umumnya sistem saraf berfungsi untuk mengatur, misalnya kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh bagian dalam yang berlangsung dengan cepat, dan kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin.
Sistem saraf pada manusia memiliki sifat mengatur yang sangat kompleks dan khusus. Sistem saraf menerima berjuta-juta rangsangan yang berasal dari berbagai organ. Semua rangsangan tersebut akan akan bersatu untuk dapat menentukan respon apa yang akan diberikan oleh tubuh.
Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh (rangsangan eksternal) dan rangsangan dari dalam tubuh (rangsangan internal). Untuk bereaksi terhadap berbagai rangsangan tersebut tubuh kita memerlukan tiga komponen, yaitu reseptor, sistem saraf, dan efektor.
Reseptor atau penerima rangsangan adalah sel yang memberikan respon terhadap rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal. Kemudian, reseptor akan mengubah rangsangan yang diterima menjadi suatu impuls saraf (aliran listrik yang terjadi karena adanya perubahan muatan listrik) yang akan diteruskan melalui neuron (sel saraf). Pada tubuh kita, yang berperan sebagai  reseptor adalah alat indera. Di dalamnya terdapat ujung-ujung saraf sensorik yang peka terhadap rangsangan tertentu. Saraf sensorik berfungsi menerima rangsangan dan membawanya ke otak atau sumsum otak belakang.
Sistem saraf berperan menerima, mengolah, dan meneruskan hasil olahan rangsangan ke efektor. Sistem saraf tersebar ke seluruh organ tubuh manusia. Secara fungsional, sistem saraf dibagi menjadi bagian somatik dan otonom. Bagian somatik berperan mengatur koordinasi struktur-struktur otot, tulang, dan kulit. Sedangkan sistem saraf otonom berperan mengatur koordinasi otot polos, jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh.
Sistem saraf terdiri dari tiga macam sel yang memiliki struktur dan fungsi berbeda, yaitu neuron, sel Schwann, dan sel penyokong (neuroglia). Neuron bertugas menghantarkan impuls. Sel Schwann merupakan pembungkus sebagian besar akson pada sistem saraf perifer (sistem sarat tepi). Akson merupakan neuron yang berfungsi membawa rangsangan dari badan neuron. Sel penyokong (neuroglia) merupakan sel yang terdapat di antara neuron dan sistem saraf pusat.
Efektor adalah sel atau organ yang digunakan untuk bereaksi terhadap rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Pada tubuh kita yang berperan sebagai efektor utama adalah otot dan kelenjar.

Neuron
       Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan merespon rangsangan dengan cukup kuat. Neuron tidak mengalami pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah mati atau rusak. Namun, pada kondisi yang sesuai, neuron dari sistem saraf perifer yang terluka dapat diperbaiki.
Struktur Neuron
       Neuron terdiri dari tiga bagian yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu badan sel (soma/perikarion), dendrit (uluran pendek), dan akson (uluran panjang).
1.       Badan sel
Badan sel mengandung nukleus (inti sel) dan nukleolus (anak inti sel) yang dikelilingi oleh sitoplasma granuler. Sitoplasma badan sel juga mengandung badan Nissl (substansi kromatik) dan neurofibril (fibril/ serat yang ramping pada badan neuron).
Lokasi badan sel terletak di sistem saraf pusat, meskipun ada beberapa yang terletak di sistem saraf perifer. Di sistem saraf pusat, badan sel neuron berkelompok menjadi nukleus. Nukleus ini tidak ada kaitannya dengan nukleus sel (hanya merupakan istilah). Sementara itu, badan sel yang berkelompok selain di saraf pusat, umumnya disebut ganglion (jamak: ganglia).
2.       Dendrit
Dendrit merupakan uluran pendek yang bercabang-cabang dan keluar dari badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl dan organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrit. Dendrit tidak mengandung selubung mielin (selubung lemak) maupun neurolema (selubung yang menyelubungi selubung mielin ). Secara fungsional, dendrit menghantarkan impuls ke arah badan sel.

3.       Akson
       Akson merupakan satu uluran panjang dari badan sel  yang berfungsi untuk mengantarkan impuls menjauhi badan sel. Akson memiliki ciri tipis dengan bentuk panjang dan mengandung neurofibril, tetapi tidak mengandung badan Nissl sehingga tidak terlibat dalam sintesis protein.
       Akson dari sistem saraf pusat kadang-kadang memiliki selubung mielin, tetapi dapat juga tidak berselubung mielin. Proses penyelubungan di sistem saraf pusat dilakukan oleh oligodendrosit (kumpulan beberapa dendrit) dengan cara yang sama seperti penyelubungan oleh sel Schwann.
(Gambar 1)
Macam-Macam Neuron
       Neuron dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah uluran serta berdasarkan struktur dan fungsinya.
Neuron berdasarkan jumlah uluran
       Berdasarkan jumlah uluran, neuron dibagi menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, bipolar, dan multipolar.
·         Neuron unipolar
Neuron unipolar hanya memiliki satu uluran yang timbul dari badan sel. Misalnya neuron sensorik unipolar yang terdapat pada hewan tingkat rendah.
·         Neuron bipolar
Neuron bipolar memiliki dua uluran, yaitu akson dan dendrit. Badan selnya berbentuk lonjong dan ulurannya timbul dari dua ujung badan sel. Neuron ini terdapat pada retina (mata), koklea (telinga), dan epitel olfaktori (hidung).
·         Neuron multipolar
Neuron multipolar memiliki satu akson dan beberapa dendrit. Penyebaran neuron multipolar ini paling banyak terdapat di dalam tubuh dibandingkan dengan neuron unipolar atau bipolar. Contoh neuron multipolar adalah neuron motorik yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Neuron berdasarkan fungsi
          Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron konektor.
·         Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron yang badan selnya bergerombol membentuk ganglia, aksonnya pendek , tetapi dendritnya panjang. Neuron sensorik berhubungan dengan alat indera untuk menerima rangsangan. Sel saraf ini berfungsi menghantarkan impuls saraf dari alat indera menuju ke otak atau sumsum tulang belakang, sehingga sering dikenal sebagai neuron indera.
·         Neuron motorik
Neuron motorik merupakan neuron yang memiliki dendrite yang pendek dan akson yang panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain, sedangkan akson berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. Neuron motorik berfungsi membawa impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju ke otot atau kelenjar tubuh. Oleh karena itu, neuron ini sering disebut sebagai neuron penggerak.
·         Neuron konektor atau interneuron
Neuron konektor merupakan neuron multipolar yang memiliki dendrit yang pendek, tapi berjumlah banyak, serta akson ada yang panjang dan ada yang pendek. Ujung dendrit dari saraf yang satu berhubungan dengan ujung dendrit dari saraf yang lain membentuk sinaps. Neuron ini banyak tedapat di sumsum tulang belakang dan otak yang berfungsi meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik.

Sinaps
       Sinaps adalah sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Pada saat impuls melintasi sinaps, impuls dapat terus dijalarkan atau dihambat. Pada sinaps terdapat celah yang dikenal dengan nama celah sinaps (synaptic cleft) yang lebarnya kurang lebih 200 Å (Angstrom).
                Berdasarkan tempatnya, sinaps dibedakan menjadi tiga macam:
·         Sinaps aksosomatik  (axosomatic synaps), yaitu sinaps yang terletak di antara akson dari satu neuron dengan badan sel dari neuron lain;
·         Sinaps aksodendritik (axodendritic synaps), yaitu sinaps yang terletak di antara akson dari neuron yang satu dengan dendrit dari neuron lain;
·         Sinaps aksoaksonik (axoaxonic synaps), yaitu sinaps yang terletak antara ujung akson dari neuron yang satu dengan akson neuron lain.

Impuls Saraf
Salah satu sifat neuron adalah permukaan luarnya bermuatan positif, sedangkan bagian dalamnya bermuatan negatif. Jadi, ada perbedaan potensial antara neuron bagian dalam dengan neuron bagian luar. Keaadaan demikian disebut polarisasi.
Bila neuron tersebut dirangsang, di tempat tersebut penurunan beda potensial atau muatannya berubah, yaitu bagian luarnya menjadi negatif dan bagian dalamnya menjadi positif. Keadaan tersebut disebut depolarisasi. Peristiwa perubahan muatan pada membran plasma neuron di sepanjang serabut saraf tersebut disebut dengan potensial aksi saraf atau yang lebih dikenal dengan impuls saraf.
Impuls dalam saraf berjalan dari dendrit  ke badan sel, lalu ke sepanjang akson, kemudian berhubungan dengan sel saraf yang lain. Adakalanya neuron tidak menghantarkan impuls. Keadaan demikian dikenal sebagai keadaan istirahat.
Alur penghantaran impuls saraf:
saraf dalam keaadaan polarisasi  →  dirangsang → depolarisasi → timbul aliran listrik → timbul impuls saraf → impuls saraf dibawa dendrite ke badan sel, lalu menuju akson untuk dibawa ke neuron lain.

2.2. Susunan sistem saraf
                Secara garis besar sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar. Sistem saraf sadar dapat dibedakan lagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
1.       Sistem Saraf Sadar (Somatik)
a.       Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum. Otak dan sumsum dilindungi oleh cairan serebrospinal dan diselubungi oleh selaput meninges. Cairan serebrospinal berfungsi sebagai pelindung dan pengantar zat makanan ke jaringan sistem saraf pusat, penahan goncangan, serta menjaga agar bagian otak mempunyai tekanan yang sama.
Selaput meninges (meninges kranial) mempunyai susunan sebagai berikut:
·         Durameter, yaitu selaput terluar yang kuat dan melekat pada tulang tengkorak dalam.
·         Arakhnoid, yaitu lapisan yang berada di tengah menyerupai sarang laba-laba dan melapisi piameter
·         Piameter, yaitu lapisan terdalam dan paling tipis melekat pada permukaan otak dan mengandung banyak pembuluh darah.
·         Ruang subarakhnoid, yaitu ruang yang berisi cairan pelindung yang disebut serebrospinal.
a)      Otak
Otak dilindungi oleh tengkorak kepala. Permukaan otak berlipat-lipat. Bagian luar berwarna kelabu karena mengandung banyak sel saraf. bagian dalam berwarna putih karena mengandung banyak dendrit dan akson.
Otak terdiri atas otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), otak kecil (serebelum) dan jembatan varol
o   Otak besar (serebrum), memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan mengandung ratusan juta neuron. Korteks (bagian luar) serebrum berwarna abu-abu, disebut substansi grisea, dan medula (bagian dalam) berwarna putih, disebut substansi alba. Substansi alba terdiri dari akson dan dendrit. Sereberum terdiri atas bagian-bagian  (lobus) sebagai berikut.
1)      Lobus frontalis (bagian dahi), terdiri dari bagian yang berperan dalam pengendalian gerak otot motorik dan bagian yang berperan dalam pengendalian saraf sensorik.
2)      Lobus temporalis (bagian pelipis), bereran dalam sistem pendengaran .
3)      Lobus oksipitalis (bagian belakang kepala), berperan dalam sistem penglihatan.
4)      Lobus parietalis (bagian ubun-ubun), terbentuk karena adanya suatu lekukan, peka terhadap adanya perubahan yang berhubungan dengan panas, dingin tekanan, dan sentuhan pada alat indra di kulit.
(Gambar 2)
Antara bagian dahi dan ubun-ubun dipisahkan oleh celah atau fisura rolando . Lobus dahi dan lobus pelipis dipisahkan oleh celah atau fisura silvius.
o   Otak tengah berperan dalam refleks mata membuat pergerakan mata, mengangkat kelopak mata, memutar mata, pusat pergerakan mata serta kontraksi otot yang terus menerus.
o   Otak depan (diensefalon) terdiri atas dua lobus berikut
1)      Talamus, berfungsi menerima semua rangsang yang berasal dari reseptor (kecuali bau) ke area sensorik serebrum, serta melakukan persepsi rasa sakit dan rasa menyenangkan.
2)      Hipotalamus, merupakan pusat koordinasi sistem saraf otonom. Hipotalamus berfungsi mengatur suhu tubuh pada organisme homoiternal. Akibatnya, suhu tubuh relatif tetap, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hipotalamus berfungsi mengatur rasa lapar sehingga manusia melakukan kegiatan makan. Hipotalamus juga mengatur rasa ngantuk sehingga mengatur melakukan tidur. Selain itu, hipotalamus mengatur emosi kadar air dalam tubuh, kegiatan reproduksi, tekanan darah dan kadar gula dalam darah.
o   Otak kecil (serebelum), terletak dibagian belakang di bawah otak besar. Otak kecil berfungsi mengoordinasikan kerja otot, tonus otot, keseimbangan, dan posisi tubuh. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan di otak kecil maka semua gerakan otor tidak dapat dikoordinasikan.
o   Jembatan varol (pons varoli), merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, serta menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang.
o   Sumsung lanjutan (medula oblongata), menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakan. Sumsum lanjutan berperan dalam mengatur denyut jantung, penyempitan pembuluh darah, gerakan menelan, batuk, bersin, bersendawa, dan muntah-muntah. Bagian sumsum lanjutan yang menghubungkan sumsum tulang belakang dan otak disebut pons yang berperan dalam mengatur pernapasan.
b)      Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang dalam rongga tulang belakang hingga diantara ruas tulang belakang (vertebra lumbalis) kedua. Di bagian tengah berkas saraf ini terdapat saluran berisi cairan serebrospinal. Sumsum tulang belakang berperan dalam terjadinya refleks. Sumsum lanjutan disebut  juga batang tenggorok.
Struktur tulang belakang adalah sebagai berikut.
Bagian luar berwarna putih disebut sustansi alba karena mengandung dendrit dan akson. Substansi alba berfungsi menghantarkan impuls menuju otak dan dari otak ke efektor. Bagian dalam berwarna kelabu disebut substansi grissea karena mengandung sel-sel saraf. Bagian ini dibedakan menjadi saraf ventral dan saraf dorsal. Saraf  dorsal yaitu bagian yang mengarah ke perut, mengandung badan neuron motorik, aksonnya menuju efektor. Sayap dorsal yaitu bagian yang mengarah kepunggung dan mengandung badan neuron sensorik. Sumsum tulang belakang mempunyai fungsi utama sebagai penghubung impuls dari da ke otak serta memberi kemungkinan jalan terpendek bagi gerak refleks. (Gambar 3 )
b.      Sistem saraf tepi
Susunan saraf yang membentuk sistem saraf tepi dilihat dari fungsinya dibedakan sebagai berikut.
a)      Sistem saraf aferen yaitu lanjutan saraf yang membawa impuls saraf dari reseptor ke susunan saraf pusat.
b)      Sistem saraf eferen yaitu lanjutan saraf yang membawa impuls saraf dari sistem saraf pusat ke efektor.
Ditinjau dari bagian-bagiannya, susunan saraf tepi dibedakan menjadi saraf otak (kranial) dan saraf tulang belakang (spinal).
a.       Saraf otak (kranial), yaitu saraf yang berjumlah 12 pasang dan dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
o  Saraf yang bersifat sensorik saja, yaitu saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori
o  Saraf yang bersifat motorik saja, yaitu saraf okulomotor, saraf toklear, saraf abdusen, saraf asesorispinal, dan saraf hipiglosal
o  Saraf yang bersifat sensorik dan motorik, yaitu saraf trigemial, saraf fasial, saraf glosofaring, dan saraf vagus
b.      Saraf tulang belakang  (spinalis) berupa saraf berjumlah 31 pasang, dengan ciri-ciri berikut
o Merupakan gabungan antara saraf sensorik yang masuk ke akar dorsal dan saraf motorik yang keluar dari akar ventral.
o Merupakan lanjutan dari sumsum lanjutan (medula oblongata) hingga ke vertebra lumbalis kedua.
2.       Sistem saraf tak sadar (Otonom)
Saraf otonom adalah saraf yang mengendalikan organ-organ dalam (viseral) secara otomatis, misalnya gerak organ jantung, otot polos, pupil, mengembang dan mengerutnya pembuluh darah, serta eksresi enzim dan keringat. Saraf otonom merupakan saraf motorik sehingga masuk dalam saraf eferen. Sistem saraf otonom terdiri atas saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
a)      Saraf simpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) di daerah dada dan pinggang. Sebelum sampai ke organ tubuh, terlebih dahulu melalui sinapsis ganglion, baru kemudian ke organ tubuh. Saraf simpatik berfungsi memacu dan mempercepat kerja organ-organ tubuh.
b)      Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf preganglion. Fungsi sarafparasimpatik adalah menghambat kerja organ-organ tubuh.
Kerja saraf otonom dapat dipengaruhi oleh hipotalamus. Bagian posterior dan lateral hipotalamus bila dirangsang akan meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, kecepatan respirasi, melebarkan pupil, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Namun, bila bagian depan dan sisi medial dirangsang maka efeknya akan mengaktifkan kerja saraf parasimpatik.

Lengkung Refleks
          Gerak refleks adalah gerakk spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Mekanisme kerjanya sebagai berikut:
1.       Rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui saraf sensorik.
2.       Dari sumsum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan terpendek yang disebut lengkung refleks. Sistem saraf pada lengkung refleks, sebagai berikut:
a.       Pada neuron sensorik, badan sel sarafnya terdapat pada ganglion di akar dorsal.
b.      Pada neuron motorik, badan sel sarafnya terdapat pada substansi kelabu bagian ventral.
c.       Neuron konektor berfungsi mengatur impuls dari neuron sensorik ke neuron motorik.
Refleks sebenarnya merupakan gerak respons dalam usaha mengelak dari suatu rangsang yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang bersangkutan.
Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks komples adalah refleks yang diikuti oleh respons yang yain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal.
Berdasarkan tempat konektornya, refleks dapat dibedakan sebagai berikut.
a.       Refleks tulang belakang (refleks spinalis). Konektor terdapat di dalam sumsum tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh benda panas atau kaki terkena duri.
Refleks otak, yaitu jika konektor terdapat di dalam otak. Contoh: gerakan memejamkan mata karena ada angin yang membawa debu.

2.3. Terjadinya Gerak
       Gerakan salah satu anggota tubuh kita dapat dijadikan bukti bahwa di dalam tubuh kita telah terjadi penghantaran impuls oleh saraf dan menimbulkan tanggapan yang disampaikan oleh saraf motorik dalam bentuk gerak. Sepanjang proses kehidupan tentu kita pernah mengalami adanya gerakan yang disadari dan gerakan yang tidak kita sadari. Gerakan yang disadari disebut sebagai gerak biasa atau gerak sadar, misalnya olahraga, berjalan, berlari, makan, dan sebagainya. Sedangkan gerakan yang tidak disadari disebut gerak refleks. Gerak refleks terjadi lebih cepat dibandingkan gerak biasa. Misalnya, gerak karena terkejut.
       Gerak sadar dapat terjadi melalui serangkaian perjalanan impuls. Perjalanan impuls dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsangan, lalu berjalan ke neuron sensorik sebagai penghantar, kemudian dibawa ke pusat saraf yaitu otak, untuk diolah. Akhirnya impuls disampaikan ke neuron motorik lalu menuju ke efektor sehingga muncul tanggapan dalam bentuk gerak yang disadari.
       Gerak refleks merupakan gerak yang melalui perjalan impuls pendek. Perjalan impuls diawali dari reseptor sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron sensorik ke pusat saraf, tanpa diolah oleh pusat saraf. Impuls kemudian diterima oleh neuron konektor dan tanggapan dikirim oleh neuron motorik menuju ke efektor. Perjalan impuls pada gerak refleks disebut dengan lengkung refleks.
       Neuron konektor ada yang terletak di otak dan ada yang terletak di sumsum tulang belakang. Gerak refleks yang melibatkan neuron konektor yang terletak di otak disebut dengan refleks otak, misalnya refleks pupil mata karena rangsangan cahaya. Gerak refleks yang melibatkan neuron konektor yang terletak di sumsum tulang belakang disebut refleks sumsum tulang belakang, misalnya refleks pada lutut.

SKEMA DAN PERBEDAAN JALANNYA GERAK BIASA DAN GERAK REFLEKS:
Gerak biasa:
reseptor  → neuron sensorik  → pusat saraf  → neuron motorik  → efektor

Gerak refleks:
reseptor  → neuron sensorik →  neuron konektor  → neuron motorik  → efektor



Ada beberapa penyakit saraf manusia yang sering dialami oleh kebanyakan orang yaitu :
1.   RADANG OTAK / SELAPUT OTAK (Meningitis)
Adalah penyakit saraf manusia / radang otak yang disebabkan oleh masuknya bakteri / virus / parasit kedalam otak dan selaput otak.
Gejala awalnya penyakit saraf manusia adalah panas badan tinggi, badan lemah, kaku leher  dan muntah-muntah yang tidak membaik dengan obat-obatan biasa.
Penyakit saraf manusia / radang otak ini timbul apabila keradangan meluas sampai timbul bengkak otak dan atau abses ( borok ) otak sehingga menimbulkan penurunan kesadaran.
 2.  GANGGUAN PEMBULUH DARAH OTAK ( GPDO ) / STROKE
Adalah penyakit saraf manusia pada sistem syaraf pusat ( otak ) yang ditandai dengan gangguan pada peredaran darah, baik itu karena sumbatan pembuluh darah maupun pendarahan(pecahnya pembuluh darah ) di otak sehingga menyebabkan gangguan anatomo dan fisiologi otak yang menyebabkan penyakit saraf manusia.
 Faktor-faktor penyebabnya penyakit saraf manusia :
·  Penyakit saraf manusia kerena tekanan darah tinggi
·  Penyakit saraf manusia penyakit jantung
·  Penyakit saraf manusia kencing manis
                Gejala awal penyakit saraf manusia/strok ini dimulai dengan kesemutan selsisi tubuh disertai atau tanpa disertai  bicara cadel ( pelo ) yang kadang-kadang hilang timbul tetapi cenderung bertambah berat sampai terjadi lumpuh sesisi tubuh. Penderita seperti ini harus segera dibawa ke rumah sakit untuk tindakan medis agar penyakit saraf manusia tidak terjadi.

Penyakit Saraf Manusia / Strok ini dapat dicegah dengan menyadari faktor-faktor resiko :
·   Tekanan darah tinggi
·   Penyakit Jantung
3.  SINDROMA GUILLAIN BARRE
Adalah penyakit saraf manusia yang disebabkan oleh proses imunologi yang membuahkan kerusakan pada selaput syaraf sehingga timbul kelumpuhan ( layuh ) pada anggota gerak.
 Penyakit saraf manusia diawali dengan gejala-gejala infeksi pada saluran nafas atau saluran cerna yang berupa panas, batuk, pilek atau berak-berak yang diikuti kelumpuhan yang di mulai dari anggota gerak bawah kemudian menjalar ke anggota gerak atas.
Penyakit  saraf manusia akan timbul apabila kelumpuhan terjadi pada alat-alat pernafasan sehingga timbul kegagalan pernafasan.
4.      Epilepsi
                Epilepsi adalah kelainan pada neuron-neuron di otak. Jika terkena serangan Epilepsi, penderita tidak dapat merespon berbagai rangsangan, bahkan terkadang otot-otot rangka berkontraksi secara tidak terkontrol. Epilepsi disebabkan oleh kerusakan otak. Epilepsi dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan anti piretik.

*nb : dibuat oleh salah satu kelompok dari kelas 1B prodi keperawatan bogor 2012