Senin, 11 Maret 2013

TBC Mikobakterium tuberkulosa


Merupakan bakteri penyebab penyakit TBC yang  berasal dari genus mycobacterium. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies lain. Selain Mycobacterium tuberculosis, yang terkenal adalahMycobacterium leprae. Bakteri penyebab tbc pertama kali dituliskan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882. Atas penemuannya, ia dihadiahi Nobel Kedokteran pada tahun 1905
Untuk hidup,  Mycobacterium tuberculosis membutuhkan oksigen. Dinding Mycobacterium tuberculosis kaya akan lipid, sehingga sukar diwarnai dan dianggap tidak termasuk kelompok bakteri gram positif maupun negatif. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan tahan tahan asam atau Ziehl-Neelsen. Mycobacterium tuberculosis membelah diri setiap 15 sampai 20 jam, berbeda dengan bakteri lain yang membelah dalam hitungan menit. Escherichia coli misalnya, membelah setiap 20 menit.Mycobacterium tuberculosis paling sering menyerang paru-paru, walaupun dapat juga mengenai tulang, otak, kulit, usus dan organ-organ lain. Dinding sel yang memiliki permeabilitas yang sangat rendah, sehingga tidak mudah ditembus loeh antibiotik. selain itu dinding sel mikrobakterium ini memiliki zat lipoarabinomannan yang merupakan protein yang menyebabkan tidak efektifnya sistemn pertahanan tubuh kita dalam menghancurkan mikrobakterium ini. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag. Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Bakteri TBC merupakan bakteri yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.




Penyakit TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberklosa,. Dan biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Tuberkulosa dapat menyerang seluruh tubuh, sehingga gambaran pada masing-masing organ berbeda : 
a.              Paru-paru 
Pertumbuhan bakteri terjadi di dalam paru-paru, pada anak kecil biasanya berkembang di lobus median dan bawah, disertai pembesaran kelenjar di hilus paru, yang semua ini tampak dari pemeriksaan x-ray dada.
Perjalanan penyakit diawali dengan adanya batuk hilang timbul yang lebih dari 1 bulan, berat badan semakin berkurang cukup pesat, keringat malam, batuk berdahak, batuk berdarah, pembesaran kelenjar, lemah badan, dan nafsu makan berkurang. 
Pada anak kecil dan orang dewasa yang mengidap HIV, perjalanan penyakit dapat semakin berat. Kerusakan pada paru akan bertambah luas dan dapat menimbulkan kelainan lain seperti efusi pleura (paru-paru basah, terkumpulnya cairan dalam jumlah lebih dari normalh di rongga antara paru dan rongga dada), kebocoran paru, fibrosis paru, dan abses paru (infeksi TB di perberat dengan infeksi bakteri lain dari udara dan membentuk cairan nanah dalam jumlah besar). 
Infeksi sekunder lebih sering terjadi pada dewasa, dari gambaran x-ray dada akan didapatkan gambaran infeksi terutama di daerah apex paru dan segmen posterior karena pada daerah tersebut terdapat kadar oksigen yang tinggi. Kelainan paru dapat berupa bercak hingga terbentuknya rongga akibat hancurnya sebagian paru. 
b.             Kelenjar Getah Bening 
Bentukan TB ekstrapulmonal yang paling seringa adalah pembesaran dari kelenjar getah bening. Jenis kelainan ini paling sering terjadi pada penderita HIV. Benjolan paling sering terdapat di leher, diatas tulang belikat, solid dan tidak nyeri. Pada perjalanan selanjutnya apabila benjolan mengalami infeksi akan terbentuk bisul dan menyebabkan adanya luka yang tidak sembuh. Pemeriksaan pasti dengan mengambil sebagian contoh dari jaringan yang mengalami pembesaran baik secara biopsi terubuka atau dengan biopsi jarum. 
c.              Pleural
Penyebaran kuman TB ke jaringan pleura dapat terjadi secara langsung dari infeksi paru. Infeksi yang terjadi akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi dari cairan pleura sehingga menyebabkan berkumpulnya berlebihan cairan pleura dan menyebabkan efusi pleura. Penalataksaan efusi pleura bergantung dari jumlah dari cairan dan terganggunya sistem pernafasan. Cairan berwarnan kekuningan dan terkadang disertai warna kemerahan.
Pyothorak merupakan salah satu efek samping yang paling berat, kondisi ini disebabkan oleh pecahnya salahsatu bleb yang disertai masuknya bakteri dari luar dan menyebabkan infeksi. Diperlukan drainase yang adekuat disertai pemberian antibiotik, pada akhirnya akibat adanya nanah di rongga dada akan menyebabkan penebalan dari selaput pleura yang akan mengganggu kerja dari sistem pernafasan. 
d.             Genitourinaria 
Angka kejadian kurang dari 15%, penyebarannya dari paru-paru melalui darah dan berada di sistem urinaria. Keluhan yang timbul dapat berupa nyeri, sering bak, bak berdarah, dan nyeri peinggang, tetapi dapat juga tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum. 
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. Angka insidensi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria. Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan kemandulan. 
e.              Tulang
Angka kasus mencapai 10%, terutama pada tulang dan sendi, penyebaran juga sama diakibatkan oleh penyebaran dari paru melalui darah. Tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang penahan beban seperti tulang belakang, panggul, dan lutut). Kerusakan yang terjadi pada tulang belakang menimbulkan kerusakan tulang dan menyebabkan kerusakan dari tulang rawan yang berada diantara tulang belakang. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan bentuk dari tulang belakang menjadi lebih miring atau lebih bungkuk. Hal lain yang dapat terjadi adalah pembentukan dari abses dingin sehingga terlihat tulang belakang seperti memiliki punduk. Kerusakan tulang tidak selalu disertai dengan gangguan persarafan. Kerusakan saraf dapat dari hanya sekedar kebas sampai tidak dapat menggerakkan anggota badan. Diagnosa ditegakkan dengan mengambil sedikit jaringan dari abses dingin dan diperiksakan melalui patologi. 
f.              Selaput otak 
Insidensi infeksi selaput otak hanya 5%. Penyebarannya sama berawal dari paru menyebar melalui darah. Infeksi pada selaput otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, gangguan sensoris dan kekakuan punduk. Berbeda dengan infeksi biasa, infeks yang disebabkan TB akan berlangsung lebih lama. Salah satu efek samping infeksi ini adalah gangguan sistem aliran cairan otak dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam selaput otak.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan selaput otak dan memeriksakan secara mikroskopis. Pemeriksaan lain seperti CT scan dapat memberikan gambaran yang baik letak dan bentuk penyakit. 
g.             Sistempencernaan 
Berbagai teori dikembangkan untuk mencari bagaimana TB dapat masuk ke dalam sistem pencernaan. Didapatkan dua teori yang memungkinkan yaitu : tertelannya dahak yang mengandung TB, dan mengkonsumsi susu sapi yang mengandung Mycobacterium bovis. Usus halus sebelum usus besar merupakan tempat utama infeksi TB pertama kali. Secara klinis akan didapatkan keluhan nyeri, mual, kembung, diare, sumbatan saluran pencernaan, dan teraba benjolan  di perut kanan bawah. Keluhan lain yang sering menyertai adalah demam, keringat malam, dan nafsu makan menurun. 
Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi pecah dan infeksi yang terdapat didalam kelenjar tersebut akan meluas ke rongga abdomen dan penderita akan mengeluh nyeri hebat di seluruh atau sebagian perut.
h.             Lainnya 
TB dapat menyerang ke seluruh organ tubuh. Bentukannya dapat berupa kerusakan dari organ tersebut, atau hanya berupa benjolan berupa abses dingin saja. Tempat lain dapat ke mata, jantung dan lainnya.
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
Pada umumnya penyakit TBC menular melalui udara, dan biasanya bakteri mikobakterium tuberklosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri selalu masuk dan terkumpul dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat apalagi yang mempunyai daya tahan tubuh yang rendah.
Apabila sudah terjadi infeksi maka dengan mudahnya akan menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Terjadinya infeksi TBC dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan biasanya yang paling sering terserang yaitu paru-paru.
Bakteri mikobakterium tuberklosa mempunyai bentuk seperti batang dan bersifat seperti tahan asam sehingga dikenal sebagai BTA (Batang Tahan Asam) yang merupakan faktor utama penyakit TBC. Selain dari bakteri tersebut, faktor yang lain yang menjadi penyebab penyakit TBC adalah lingkungan yang lembab, kurangnya sirkulasi udara, dan kurangnya sinar matahari dalam ruang sangat berperan terjadinya penyebaran bakteri mikobakterium tuberklosa ini. Dengan demikian sangat mudah menyerang orang-orang disekitar dalam kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Gejala umum berupa :


  • Batuk lama lebih dari 3 minggu yang disertai atau tidak dengan dahak, bisa juga disertai dengan batuk berdarah
  • Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul
  •  Mudah mengalami demam yang berlangsung lama dan berulang tanpa sebab yang jelas     
  •  Perasaan lemah dan lesu
  •  Badan sering berkeringat di malam hari
  •  Nafsu makan dan berat badan menurun, bila terjadi pada anak maka terlihat gagal tumbuh serta penambahan berat badan tidak sesuai dengan usia anak
  • Adanya pembesaran kelenjar di leher atau ketiak

Gejala khusus tergantung dari organ tubuh mana yang terkena berupa :



  • Suara mengi dan sesak nafas bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar
  •  Nyeri dada bila ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru)
  •  Infeksi tulang bila mengenai tulang
  • Demam tinggi dan disertai adanya penurunan kesadaran serta kejang-kejang bila mengenai selaput otak
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
·                Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
·                Pemeriksaan fisik.
·                Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
·                Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
·                Rontgen dada (thorax photo).
·                Uji tuberkulin.

Jika diterapi dengan benar TBC praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi, TBC akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus TBC. Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan.
Pengobatan TBC berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti. Selain itu dorongan dari keluarga agar pasien disiplin minum obat sangatlah diperlukan. Pada saat pengobatan sebaiknya pasien mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta mengikuti saran dokter.
Karena pengobatannya cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur. Jika pengobatannya kurang dari 6 bulan atau si penderita menghentikan pengobatan karena merasa sudah sehat walau belum waktu tersebut, maka bakteri TBC tersebut tidak mati dan akan membuat kambuh kembali penyakit TBC serta kebal terhadap obat yang pertama. Keadaan ini disebut MDR (multi drugs resistance) yang memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
·                Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
·                Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
pencegahan penyakit TBC upaya yang bisa dilakukan adalah selalu mengenakan masker pada saat beraktivitas terutama di daerah yang tercemari bahan kimia dan debu, namun usaha lain yang bisa dilakukan antara lain
·                Selalu memperhatikan akan kebutuhan tubuh seperti sinar matahari sebagai sumber energy
·                Banyak mengkonsumsi makanan yang megandung karbohidrat dan protein
·                Tidak meludah sembarangan
·                Tidak membuang sampah sembarangan
·                Hendaknya mengganti mesin yang mencemarkan gas karbondioksida
·                Perawatan yang baik bagi penderita dan hati-hati dalam merawat penderita
·                Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau ditempat sampah.
·                Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit. 
·                Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.
·                Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
·                Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC
·                Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat.
·                Lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC
·                Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila terkena dengan sinar matahari.
·                Jaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur, istirahat cukup dan makan makanan dengan gizi yang baik dan seimbang
·                Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tahan tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stress
·                Lakukan imunisasi BCG ( Bacillus Calmete Guerin) pada bayi, diberikan pada usai 2 bulan
·                Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC





.